Pekanbaru - Komisi
VI DPR RI menilai pembentukan Sub Holding PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo
yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional (PSN) melalui penggabungan
sejumlah perusahaan perkebunan negara komoditas sawit kian memperkuat pengembangan
ekosistem perkebunan kelapa sawit nasional.
Mahfudz
Abdurrahman, anggota Komisi VI mengatakan PTPN IV PalmCo yang kini menjadi
perusahaan perkebunan sawit terluas di dunia dengan mengelola 586.843 hektare
perkebunan kelapa sawit sendiri dan 56.944 hektare kebun kerjasama operasi itu
menjadi katalisator atas ragam capaian kontribusi positif selama ini, baik dari
hulu yang memberikan multiplier effect secara positif kepada petani melalui
peremajaan sawit rakyat serta penyediaan bibit sawit unggul bersertifikat
hingga ke hilir dalam memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional.
"Apresiasi
semuanya atas pencapaian yang diraih PTPN IV PalmCo yang telah memberikan
multiplier effect. Kinerja operasional positif tidak hanya memberikan dampak
bagi perusahaan, namun juga mampu membantu dan memperkuat petani. Saya berharap
PTPN mampu menjadi andalan baru Kementerian BUMN," kata legislator dari
fraksi PKS itu.
Mahfudz
menyampaikan hal tersebut disela-sela kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI
yang dipimpin Jon Erizal ke PPTN IV Regional III Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
pada Masa Persidangan ke-V tahun 2023-2024.
Kunjungan kerja
dalam rangka Pengembangan Ekosistem Industri Kelapa Sawit Nasional Provinsi
Riau turut dihadiri Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan
Kementerian BUMN Faturohman, Direktur Manajemen Risiko Holding Perkebunan
Nusantara M Arifin Firdaus, Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa,
serta Region Head PTPN IV Regional III Rurianto.
Direktur Manajemen
Risiko Holding Perkebunan M Arifin Firdaus menjelaskan bahwa akhir tahun lalu
telah dibentuk dua sub holding PTPN I Supporting Co dan PTPN IV PalmCo.
“PTPN IV PalmCo
ini merupakan penggabungan dari PTPN V Riau, PTPN VI Jambi-Sumbar, dan PTPN
XIII Kalimantan serta spin off sebagian PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV
sebagai entitas bertahan. Pemegang Saham berkeinginan bahwa aksi korporasi yang
juga menjadi proyek strategis nasional ini mampu menjadi solusi dalam penguatan
ketahanan pangan dan energi nasional serta juga mengakselerasi target
peremajaan sawit pemerintah,” sebut Arifin.
Untuk itu menurut
pria berkacamata ini, PalmCo yang berfokus kepada sawit tersebut saat ini
sedang menjalankan beragam inisiatif seraya mendudukkan pondasi yang mengusung
keberlanjutan dan pertumbuhan optimal.
“Kita yakin dengan
dukungan dari Legislatif maka upaya-upaya untuk food and energy security dapat
diwujudkan,” sebutnya.
Hal senada
disampaikan Sonny T Danaparamita anggota Komisi VI dari Fraksi PDIP yang
berharap agar PTPN dapat memperkuat perannya sebagai mesin penggerak ekonomi
Indonesia serta memperkuat ketahanan pangan di masa mendatang. Dirinya juga
meminta agar PTPN IV PalmCo memperkuat hilirisasi sehingga target penguatan
penguatan ketahanan pangan dan energi nasional dapat diwujudkan.
"Kita minta
dapat disampaikan apa program hilirisasinya dan pada tahun berapa itu
ditargetkan," pesan Sonny.
Asisten Deputi
Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN Faturohman
menjelaskan sebagai perusahaan kelapa sawit terluas di dunia, PalmCo mampu
berprestasi di tengah ketidapastian situasi global dengan membukukan penjualan
hingga Rp30,8 triliun serta meraih laba bersih sebesar Rp3,6 triliun secara
konsolidasi sepanjang 2023 lalu. Namun begitu, ia meyakini terdapat beragam
potensi yang bisa dimaksimalkan di masa mendatang, terutama dalam mencapai
tujuan pembentukannya.
Direktur Utama
PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa memaparkan bahwa terdapat tiga tantangan pasca
merger enam bulan lalu. Tantangan pertama adalah post merger integration atau
konsolidasi pasca merger. "Alhamdulillah, enam bulan berjalan pasca
terintegrasi pondasi yang kita coba bangun sudah mulai terlihat peta nya.
Banyak potensi perbaikan utamanya untuk menghilangkan gap kinerja antar region
dan unit kerjasama operasi kami ," ujarnya.
Tantangan kedua
perihal disparitas produktivitas perkebunan sawit yang disebabkan faktor
kinerja serta budaya kerja dan tantangan ketiga adalah hilirisasi. Untuk kedua
tantangan terakhir itu, ia mengatakan perusahaan sedang menggesa untuk
melakukan penyeragaman budaya yang bersandar
pada tata kelola yang baik dan dalam penentuan road map hililirasi,
disandarkan pada lima pilar yang dimiliki PTPN saat ini.
“Lima pilar ini
Kami menyebutnya Next Gen Operation, Reveneue Enhancement, Downstream
Transformation, Trading & Supply Chain Improvement, serta New Green
Business Establishment,” beber Jatmiko.
Lebih jauh, ia
menjelaskan saat ini perusahaan telah menentukan prioritas nasional dan program
strategis meliputi hilirisasi sektor pangan, peremajaan sawit rakyat (PSR),
serta akselerasi pengembangan energi baru terbarukan untuk menjawab sekaligus
mewujudkan tujuan pembentukan PalmCo.
"Untuk PSR,
PTPN IV cukup masif. Di Regional III sendiri, saat ini total luasan PSR
mencapai 9.981 hektare dan pada tahun 2024 ini ditargetkan mencapai 13.011
hektare atau 57 persen dari target yang dicanangkan seluas 22.444 hektare. Pola
yang dilaksanakan di Regional III ini yang kemudian kita adopsi untuk perluasan
PSR di Regional lainnya," tuturnya.
Selain PSR,
perusahaan juga berkomitmen mendukung program pemerintah dalam menekan emisi
karbon menuju net zero emission (NZE). Program reduksi emisi untuk mengurangi
potensi gas rumah kaca tersebut dilaksanakan dalam satu siklus budidaya
perkebunan mulai dari pengambilan raw material, proses produksi, hingga
pengelolaan limbah.
Mulai dari proses
pengambilan raw material hingga produksi, PTPN IV fokus pada perkebunan
berkelanjutan, baik dari pemanfaatan pupuk yang tepat guna melalui
digitalisasi, kebijakan zero burning, menjaga areal dengan nilai konservasi
tinggi, hingga pengelolaan limbah sebagai sumber energi baru terbarukan.
"Dari sisi
enviroment, pembangkit tenaga biogas baik sebagai co-firing maupun listrik
berkontribusi positif dalam menekan emisi karbon secara signifikan. Kemudian,
dari sisi bisnis, keberadaan PTBg tersebut menjadi bagian dari peningkatan
efesiensi perusahaan serta nilai tambah terutama dari penjualan by product
seperti cangkang," demikian Jatmiko.
Jon Erizal yang
memimpin jalannya rapat kunjungan kerja spesifik itu pun turut mengapresiasi
strategi dan kebijakan Jatmiko dalam menjawab amanah pemerintah melalui PSN
itu. Ia mengakui pihaknya cukup puas dengan segala capaian tersebut, termasuk
produksi minyak makan merah yang kini menjadi produk awal hilirisasi
perusahaan. Meski dia juga turut memberikan catatan agar manajemen yang telah
melewati fase post integration itu agar dapat menyusun road map hilirirasi
secara komprehensif sehingga menjadi acuan di masa mendatang.
Jon Erizal juga
menaruh fokus perhatiannya pada komposisi penggunaan dana Badan Pengelola Dana
Perkebunan Kelapa Sawit.
“Itu penggunaan
dana BPDPKS untuk Peremajaan Sawit Rakyat masih sangat minim. Hanya sekitar 15
persen dari total dana yang terkumpul,” kata Erizal.
“Semoga PTPN mampu
mendorong agar penggunaan dana tersebut dapat lebih maksimal. Apa yang menjadi
kendala agar disampaikan kepada kami biar kita dorong kebijakan yang
dibutuhkan. Sehingga produktivitas sawit rakyat Indonesia benar-benar dapat
ditingkatkan melalui PSR tadi,” tukasnya.
Komentar
Posting Komentar