BENGKULU – Sebanyak 44 pelaku Usaha Mikro dan Kecil
di Provinsi Bengkulu menerima dana pinjaman total senilai Rp1,573 miliar dari
PTPN VII. Bersinergi dengan BRI Cabang Bengkulu dalam Program Pendanaan Usaha
Kecil dan Mikro (PUMK), PTPN VII mengalokasikan dana tersebut untuk membantu
para pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya.
Pernyataan itu disampaikan Kasubbag
Humas, Protokoler, Kantor Penghubung & TJSL PTPN VII Ina Sitompul di Bandar
Lampung, Senin (13/11/23). Ina mengatakan, Program PUMK merupakan program
Kementerian BUMN dimana PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI
ditunjuk sebagai pengelola kerja sama PUMK dengan BUMN atau anak usaha BUMN
pemilik dana. Pendanaan diberikan dalam bentuk pinjaman modal usaha yang
dikenakan jasa administrasi 3 persen per tahun. Kebijakan Kerja Sama Program
PUMK ini diharapkan dapat menciptakan nilai tambah atas pengelolaan Program
PUMK dengan tetap menjaga tujuan untuk meningkatkan kemampuan bisnis UMK.
Program PUMK ini adalah bentuk Tanggung
Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) BUMN kepada masyarakat. "Sejak akhir
tahun 2022 PTPN VII bekerja sama dengan BRI dalam Program PUMK dan dana TJSL
untuk pembinaan usaha mikro dan kecil disalurkan melalui BRI." Ina
menambahkan, PUMK adalah bentuk penyaluran TJSL yang sebelumnya dikenal dengan
istilah Program Kemitraan.
"Selama ini kami menyalurkan
sendiri dalam bentuk pinjaman modal usaha untuk pelaku UMK. Kami menyebutnya
sebagai Mitra Binaan karena selain pinjaman tanpa bunga, kami juga membina
mereka secara teknis. Kami beri mereka pelatihan manajemen keuangan, perbaikan
produk, pemasaran, pengemasan, juga cara promosi. Bahkan kami sering memberi
kesempatan mereka ikut pameran dalam event-event tertentu bersama kami,” kata
Ina.
Selain Program TJSL PUMK, PTPN VII juga
mengalokasikan dana untuk TJSL Non PUMK, yang lebih bersifat charity atau
filantropi. Ina menyatakan bahwa PTPN VII selalu berupaya hadir untuk
masyarakat di sekitar perusahaan dalam bentuk kepedulian dan respon terhadap
kebutuhan masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial, lingkungan, serta hukum
dan tata kelola.
Tentang dana UMK yang disalurkan di
Provinsi Bengkulu, Manager Bisnis Mikro Bank BRI Bengkulu Taufik Alamsyah
mengatakan, pihaknya melaksanakan sesuai aturan yang disepakati. Ia mengaku,
pihaknya mendapat mandat dari Kementerian BUMN untuk menyalurkan dana TJSL dari
BUMN.
“Kami mendapat mandat untuk menyalurkan
dana TJSL dari BUMN ini sangat menarik karena jasa administrasi yang dikenakan
relatif sangat rendah, PUMK ini dikenakan hanya 3 persen per tahun,” kata dia
di Bengkulu, Sabtu (10/11/23) lalu.
Ia mengaku mendapat banyak sekali
proposal pinjaman PUMK ini dari berbagai latar belakang. Namun, sesuai mandat
dan amanat dari BUMN dan tujuan dari program ini, pihaknya menyeleksi dengan
ketat terhadap setiap proposal yang masuk. Persyaratan utama, kata dia,
peminjam harus memiliki usaha yang sudah berjalan dan membutuhkan tambahan
modal untuk pengembangan.
“Untuk PUMK ini, sesuai dengan amanatnya
adalah untuk membantu pelaku usaha kecil. Itulah mengapa pinjaman maksimalnya
juga hanya sampai Rp50 juta. Tetapi, semua aturan mainnya menggunakan standar
perbankan, dalam hal ini BRI. Mungkin ini yang agak berbeda dengan sebelumnya,”
kata dia.
Salah satu pelaku usaha kecil yang
mendapat modal usaha dari PUMK PTPN VII adalah Dimas Suseno. Pemuda berusia 26
tahun yang tinggal di Jalan Kandang, Pulau Baay, Bengkulu mengaku sangat
terbantu dengan pinjaman dana dari PTPN VII yang disalurkan melalui BRI ini. Dimas
yang membuka usaha kuliner berupa sate taichan secara offline (lesehan) dan
order via online ini mengaku lebih leluasa dengan tambahan modal ini.
Didampingi Sarah, calon istrinya, Dimas
memulai bisnis makanan siap saji yang sedang tren itu di Jalan Soeprapto, Kota
Bengkulu. Bermodal peralatan ala kadarnya, ia menyewa lapak di pinggir jalan
protokol yang dikenal banyak mudi-mudi nongkrong menikmati malam di Kota
Bengkulu.
“Saya mulai buka lapak sate taichan di
Jalan Soeprapto setahun yang lalu. Kebetulan waktu itu lagi tren sate taichan
di Bengkulu. Alhamdulillah cukup berkembang mulai banyak pelanggan setia.
Tetapi, belakangan kami off dulu di situ (Soeprapto) dan pindah ke dekat rumah.
Tetapi untuk order online tetap jalan. Kami pakai nama akun Sate Taichan Bu
Dewi. Jadi, nggak vakum,” kata dia.
Menghadapi semakin banyaknya gerai sate
taichan di Bengkulu, Dimas mengaku sudah menyiapkan beberapa varian menu baru.
Ia juga sedang menyiapkan tempat yang lebih representatif untuk kongko-kongko
anak muda dan kaum milenial.
Soal keahliannya memasak, baik Dimas
maupun Sarah mengaku lebih bersifat autodidak. Namun, hasil racikan beberapa
menu makanan dan minumannya cukup mendapat respons pelanggan.
“Sebenarnya saya Sarjana Hukum dan
menekuni bidang desain grafis. Sarah juga ngga pernah kursus masak karena dia
Sarjana Ekonomi. Tetapi kami memang sering eksplorasi makanan dan mencoba
meracik sendiri. Kemudian kami beranikan untuk berjualan,” kata dia.
Kepada PTPN VII, Dimas menyampaikan
terima kasih atas program TJSL yang bisa ia dapatkan. Ia menilai, di tengah
sempitnya lapangan kerja formal bagi anak muda atau mahasiswa yang baru lulus,
program PUMK ini adalah model yang sangat baik untuk mengembangkan jiwa
enterpreneur.
“Saya kira, ini sangat baik. Memberi
kepercayaan kepada fresh graduate untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri
sehingga anak muda seperti kami tidak terlalu mengejar pekerjaan formal. Terima
kasih PTPN VII dan BRI. Semoga sukses terus,” kata Dimas.
Komentar
Posting Komentar